OSEANOGRAFI KIMIAWI ANALISA PERAIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Silikat (Latin:
silicium) adalah merupakan unsur
kimia dalam jadwal berkala yang mempunyai simbol Si dan nomor atom 14. Silikon
adalah sejenis metaloid tetravalen yang kurang reaktif dibandingkan dengan
analog kimianya, karbon. Ia merupakan unsur kedua paling berlimpah di dalam
kerak Bumi, yaitu mencapai hampir 25.7%. Silikon di dalam tanah liat, feldspar,
granit, kuartza dan pasir, kebanyakannya dalam bentuk silikon dioksida (juga
dikenali sebagai silika) dan dalam bentuk silikat, Silikon adalah merupakan
bagian utama di dalam kebanyakan peranti semikonduktor, dan sekiranya dalam
bentuk silika dan silikat, dalam kaca, semen, keramik. Ia juga merupakan bagian
dalam silikon, nama yang diberikan kepada berbagai jenis bahan plastik yang
sering disebut sebagai silikon.
Silikon digunakan secara meluas dalam semikonduktor karena ia mempunyai arus bocoran balikan yang lebih rendah daripada semikonduktor germanium, dan juga karena oksida aslinya mudah dihasilkan di dalam relau dan membentuk antara muka semikonduktor/dielektrik yang lebih baik berbanding dengan hampir semua jenis gabungan bahan.
Silikon digunakan secara meluas dalam semikonduktor karena ia mempunyai arus bocoran balikan yang lebih rendah daripada semikonduktor germanium, dan juga karena oksida aslinya mudah dihasilkan di dalam relau dan membentuk antara muka semikonduktor/dielektrik yang lebih baik berbanding dengan hampir semua jenis gabungan bahan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari
makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkah laku silikat di dalam
larutan akuatik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sifat-sifat
utama silikon
Dalam bentuk
aslinya, silikon berwarna kelabu gelap dengan kilauan logam. Walaupun ia secara
bandingannya agak lemah, silikon masih dapat bertindak balas dengan halogen dan
alkali cair, tetapi kebanyakan asid (kecuali gabungan asid nitrik dan asid
hidrofluorik) tidak mempengaruhinya. Keunsuran Silikon menghantar hampir 95%
panjang gelombang cahaya inframerah. Silikon murni mempunyai suhu yang negatif,
karena bilangan cas bebas meningkat dengan suhu.
Penggunaan silikon.
Penggunaan
Silikon adalah merupakan unsur yang sangat berguna dan juga adalah amat penting
dalam bidang perusahaan. Selain itu silikon juga berguna dalam :
• Bahan bangunan : Silikon dioksida atau silika dalam
bentuk pasir dan tanah liat adalah merupakan ramuan penting dalam konkrit dan
batu-bata dan juga dalam penghasilan semen Portland.
• Tembikar/Enamel : Ia adalah
sejenis bahan refraktori yang digunakan dalam pembuatan bahan bersuhu tinggi
dan silikatnya digunakan dalam penghasilan enamel dan tembikar.
• Kaca : Silika
daripada pasir adalah merupakan bagian utama dalam kaca. Kaca bisa dihasilkan
menjadi beraneka jenis bentuk yang menarik dan berbagai jenis sifat fisika.
Silika digunakan sebagai bahan asas dalam pembuatan kaca tingkap, bekas,
penebat, dan barang-baranga berguna yang lain.
• Pelelas : Silikon
karbida adalah antara bahan las yang terpenting.
Selain itu silikon juga merupakan bahan dalam pembuatan obat-obatan dan
juga pembuatan kulit buatan
2.2 Silikon
di perairan laut
Silikon (Si)
merupakan salah satu unsur yang terdapat pada kerak
bumi secara berlimpah. Di alam silikon tidak ditemukan dalam bentuk elemen
bebas, melainkan berikatan dengan oksigen dan elemen lain. Silikon banyak
ditemukan dalam bentuk silika (SiO2).Silika bersifat tidak larut dalam air
maupun asam dan biasanya berada dalam bentuk koloid. Unsur silikon termasuk
kelompok metaloid. Silikat dalam perairan laut berasal dari pelapukan batuan
kerak bumi (land derived material), Silika terdapat pada hampir
semua batuan dan mudah mengalami pelapukan. Sumber alami silika adalah mineral
kuarsa dan feldspar, selain bersumber dari aktivitas hidrotermal. Elemen
silikat yang diendapkan dalam sedimen dalam jumlah yang cukup besar. Tabel 1.
Menunjukkan kesetimbangan silikat dalam perairan laut melalui
mekanisme input dan output.
Tabel 1. Kesetimbangan biogeokimia
silikat dalam perairan laut
Input
(x 1014 gSiO2/tahun)
|
Output
(x 1014 gSiO2/tahun)
|
||
Proses
|
Jumlah
|
Proses
|
Jumlah
|
1. Masukan
dari sungai
2. Pelapukan
3. Aktivitas
hidrotermal
|
4,3
0,9
5,7
|
1. Endapan
mineral dan residu organisme dalam sedimen
2. Adsorpsi
oleh partikel tersuspensi sungai (river particulate mattert)
|
10,4
0,4
|
Total
|
10,9
|
Total
|
10,8
|
Batuan kerak
bumi (earth crust basalt, granite, shale) mengandung silikat sebesar
23,0 -28,2 x 104 mg/kg, dan hasil pelapukannya ditranspor
terutama melalui sistem sungai. kadar dalam sungai 0,5-0,6 mg/l (dengan
rata-rata 13 mg/l) dan di perairan estuari sekitar 2,0 mg/l. Nutrien silikat (silikat
biogenik) dibutuhkan untuk pembentukan cangkang fitoplankton, radiolarian, dan
sponge. Selain itu, SIO2 merupakan komponen utama penyusun
mineral batuan dalam sedimen. Oleh karena itu, SiO2 merupakan
pengendali kesetimbangan komposisi kimia dalam laut. Diperkirakan transpor SiO2melalui
sungai sebesar 4,3x1014 g/tahun, dan sebesar 83% digunakan
untuk kebutuhan biologi.
Silikat
dalam perairan laut bisa dalam bentuk terlarut dan partikel. Reaksi dari
kelarutan dari SiO2 adalah
SiO2(s) +
2H2O → Si(OH)4(aq)
Karena Si(OH)4 adalah
asam lemah sehingga dapat terionisasi dalam pelarut aqueous.
Si(OH)4 →H+ +
Si(OH)3O-
Si(OH)3O- → H+ +
Si(OH)2O22-
Dengan pK1* = 9,47 dan pK2*
=12,60 untuk ionisasi dari Si(OH)4 dalam 0,6 M NaCl pada 250C.
Sementara pH di laut adalah 8,1 ,nilai dari pK ini memberikan hasil
[Si(OH)4]/[Si
]T = {1+ KHA/[H+]}-1 =
95,9%
[Si(OH)3O- ]/[Si
]T = {1+ [H+]/ KHA}-1 =
4,1%
Bentuk polimer dari Si(OH)4 dan
Si(OH)3O- bukan pelarut yang penting dalam
perairan laut. Hal ini disebabkan konsentrasi SiO2 di perairan
lebih rendah. Tetapi jika ion Mg+atau Ca+ membentuk
ikatan kompleks dengan Si(OH)4 dan Si(OH)3O- ,
maka akan membentuk konsentrasi yang lebih tinggi.
Determinasi dari Silikat
Determinasi
silikat terlarut di laut membentuk kompleks kuning silicomolybdic. Kompleks
molybdate lain dibentuk dengan arsenit dan fosfat. Bentuk yang beda ini
dipisahkan atas penambahan asam oxalic. Kompleks silicomolybdate berkurang
dengan penambahan larutan metal (p-methyaminophenol
sulfate). Senyawa ini berwarna biru yang dapat dipisahkan secara
spektrofotometrical pada 812nm. Senyawa ini secara umum dapat mengurangi
kestabilan dan absorbansi dari kompleks biru molybdenum. Pengurangan ini dapat
dilakukan dengan metal (p-methyaminophenol sulfate)dan Na
sulfite. Fosfat juga menghasilkan senyawa yang sama, tetapi bentuk tersebut
dicegah dengan menggabungkan oxalic dan asam tartaric dalam sedikit
reagen.
Pada
permukaan perairan umumnya ditemukan diatom dan radiolarian, yang mempunyai
skeleton dari opal (yaitu bentuk noncristal dari senyawa hydrat SiO2).
Nilai dari SiO2 bervariasi dari 0 sampai 200µM di
perairan laut. SiO2 merupakan bagian penting dari
struktur padat diatom, radiolarian, dan sponges. Hingga 60% dari material
anorganik dalam tubuh diatom adalah SiO2 . Ketika
organisme ini mati, mereka tenggelam lalu membentuk diatom oozes. Diatom oozes ini
umum ditemukan di lautan Antartika. Konsentrasi dari material terlarut ini bervariasi,
pada rata-rata 50% bahan anorganik Si bisa jadi 15%-60% dalam bahan
anorganik(sisanya kebanyakan CaCO3). Pada saat terjadinya blooming diatom
konsentrasi biogenik SiO2 berkisar 100µg/l
di permukaan Antartika.
Aktivitas
dari diatom juga mempengaruhi dalam penambahan SiO2 ke kolom
perairan. Tidak banyak yang mengetahui mekanisme pengambilan SiO2 dan
penambahannya sebagai hydrat silica. Protein terlibat dalam proses
absorpsi silica yang terjadi pada membran cyctoplanic. Proses ini
berlangsung cepat dan menyebar dari pusat.
Sebanyak 50% berat kering dari diatom berupa SiO2 .
Ketika diatom tumbuh dalam jumlah yang berlebih maka sel tubuhnya akan
kekurangan Si . Dengan demikian sel dapat hidup dalam beberapa minggu. Mereka
akan mengambil Si ketika malam. Jika sel yang kekurangan tersebut mendapatkan
sinar maka mereka akan melakukan fotosintesis untuk beberapa periode lalu
segera mati. Silica pada diatom bersifat tidak larut ketika masih
hidup tetapi menjadi cepat larut ketika diatom mati. Bahan organik atau
anorganik yang mungkin melindungi kulit mereka ketika masih hidup. Perlakuan
dari sel yang mati dengan EDTA menunjukkan terjadinya percepatan kelarutan.
Produksi dari diatom penting tetapi interaksi dari mineral lainnya juga
memiliki peranan yang penting.
Ketika laut
tidak jenuh terhadap SiO2 maka partikel
silika tenggelam dan terlarut di laut dalam. Proses ini merupakan
proses yang lambat sehingga SiO2 terlarut tidak terlihat pada
kedalaman 1000km. Nilai dari SiO2 lebih tinggi dibandingkan
dengan Atlantik karena perairannya lebih lama dan akumulasi dari SiO2 lebih
lama.
2.3 Distribusi dari SiO2 terlarut
Silikat terlarut
di daerah perairan pantai umumnya cukup tinggi karena efek “run-off” dari
daratan, SiO2 yang berasal dari daratan memasuki lautan melalui
sungai yang dalam perjalanannya berkurang di estuari sebelum mencapai lautan.
Konsentrasi dari SiO2bervariasi menurut musim, pada musim semi,
ledakan populasi fitoplankton dengan cepat menyebabkan menurunnya konsentrasi
silikon. Regenerasi silikon akan dimulai kembali pada musim panas saat
pertumbuhan fitoplankton menjadi lambat dan terus berlanjut hingga mencapai
puncaknya pada awal musim dingin. Pada beberapa daerah, ledakan populasi
fitoplankton pada musim gugur dapat menyebabkan terhambatnya regenerasi silikon
untuk sementara waktu. Konsentrasi silikon terlarut di permukaan laut umumnya
rendah, kecuali di daerah yang mengalami up-welling. Pada lapisan yang lebih
dalam, ditemukan peningkatan yang tajam dari konsentrasi silikon. Pola
distribusi silikon berbeda dari satu samudera ke samudera lainnya dan
ditentukan oleh pola sirkulasi air dan oleh suplai silikon terlarut dari
Antartik dan dari diatom terlarut yang jatuh dari permukaan. Proses absorbsi
oleh organisme juga berpengaruh terhadap pola distribusi silikon.
Selain itu,
partikel SiO2 lainnya hasil pelapukan yang dibawa
oleh aliran sungai menumpuk di muara sebagai mineral liat. Konsentrasi dari
mineral liat yang tersuspensi tersebut dapat
mempengaruhi jenis organik dan anorganik dikarenakan
pengaruh absorpsi dan pertukaran ion.
H2O(g)
|
||
H+, K+, Cl-, H2O(l)
|
||
SiO2
|
Kaolinite
|
K-mica
|
Tabel 2. Model perubahan
ion silicon
Gas,Liquid,Solid
Reaksi pertukaran ion
1,5 Al2Si2O3(OH)4(s) +
K+ → KAl3Si3O10(OH)2(s) +
1,5 H2O + H+
Kaolinite K-mica
Reaksi ini mampu mengontrol rasio H+ di
lautan.
Pada
keadaan kesetimbangan memberikan reaksi (saat Cl dan suhu konstan)
K
= [H+]/ [K+]
[K+]
+ [H+] = [Cl-] + Kw /[H+]
Rasio
dari [H+]/ [K+] bersifat tetap, dengan demikian penambahan HCL dan KOH
tidak merubah nilain asal selama Cl dan suhu konstan. Ringkasnya pH
dan konsentrasi ion utama di laut dikendalikan oleh reaksi mineral liat. Hasil
dari penelitian menunjukkan K = 10-6 sampai 10-6,5 untuk
reaksi, sementara rasio di laut 10-6,2. Untuk kesetimbangan antara
kaolinite dan montmolrillonite dalam lima komponen sistem dengan Na+, rasio
dari H+/ Na+ hampir sama dengan rasio dilaut.
Mineral liat (segar) terbentuk dalam satu atau dua hari kemudian membentuk fase
baru dalam beberapa tahun, hal ini menunjukkan bahwa SiO2 cepat
larut di laut daripada yang dianggap sebelumnya.
1,5Al2SI2O5(OH)4(s) +
Na+ ↔ NaAl3Si3(OH)2(s)+
1,5 H2O + H+
Berdasarkan
hubungan antara waktu tinggal dari elemen di laut dan pembagian elemen diantara
bebatuan dan laut, maka digunakan koefisien pemisah atau KY.
KY = ῩC / ῩA
Dimana ῩA adalah
tingkat dari transpor material dari batuan crustal dan ῩC adalah
tingkat transpor dari reservoir lautan. Nilai ῩA telah
dikoreksi untuk pengembalian hempasan laut. logaritma dari rata-rata waktu
tinggal, memiliki fungsi yang linier dengan logaritma dari koefisien
pemisah;
logT =
a log ῩC + b
(Tabel 2.) Nilai
dari TR = 1000 kali putaran per juta tahun
adalah perubahan pergerakan
laut yang diasumsikan 2000 juta
tahun lamanya dan dalam keadaan tetap.
Koefisien
pemisah (KY) juga berhubungan dengan keelektonegatifan
unsur, ditandai dengan QYO;
Log KY =
a1QYO + b
Dimana elektonegatifitas diketahui;
QYO =(XY –
YO)2
Dimana nilai dari QYO adalah ukuran
dari kontribusi energi elektrostatis ikatan Y-O atau ukuran daya tarik sebuah
unsur untuk mineral beroksid.
Pada umumnya kadar nutrien silikat terlarut dalam laut serta nitrogen dan fosfat berkurang dengan meningkatnya klorinitas atau salinitas.
Gambar 1. Distribusi
mineral liat di lautan
Dalam perairan laut laut SiO2 terdapat
dalam berbagai bentuk diantaranya:
a. Terlarut
H4SiO4 atau orto-silikat ± 20% dari total silikat;
b. Kolodial
(amorphous)- SiO2nH2O;
c. Kompleks
sebagai “ Clay mineral ” atau mineral liat (± 70%)
antara lain
Montmorillonite :
NaAl8Si12O20(OH)6
Illite :
KAl5Si7O20(OH)4
Kaolinite :
Al2Si2O5(OH)4
Chlorie :
Mg5Al2Si3O10(OH)8
Sepiolite :
Mg2Si3O6(OH)4
Sodium
feldspar : NaAlSi3O8
Potasium
feldspar : KAlSi3O8
Pembentukkan mineral liat dinyatakan
dalam bentuk reaksi
Silikat
yang terdegradasi + H4SiO4 + HCO3- +
Kation → mineral liat + CO2 + H2O
Keterangan : Ca, Mg, Al, Na, K, dan
Fe
Beberapa kation pembentuk mineral
yang penting adalah : Na, K, Mg, Ca, Al, Si, Fe, Mn, sr, Ba, Pb, Ti,
Cl, F, P, dan C. Melalui proses geologi dalam sedimen laut mineral-mineral
tersebut akan kembali membentuk batuan induk
d. Mineral
Si2+ terlarut dengan reaksi kesetimbangan seperti
yang dipaparkan sebelumnya
Si2+ + H2O ↔ SiO2 +
4H+ + 4e
Peran utama SiO2 dalam
laut adalah:
1. Sebagai
faktor pembatas untuk diatom dan radiolarian (cangkang sel diatom atau frustule
mengandung 20-60% silikat)
2. Menentukan produktivitas
perairan, pada temperatur air normal (±250C) memiliki produktivitas
yang tinggi;
3. Berperan
dalam kestimbangan kation
4. Mempengaruhi
pH perairan
Tabel 2. Memperlihatkan bahwa selain
dalam kolom air, silikat juga terdapat dalam air jebakan (interestial water),
yang berinteraksi dengan kation makro lainnya membentuk mineral liat.
Tabel 3. Kation makro dan silikat
yang terdapat dalam air jebakan sedimen laut
Elemen
Terlarut
|
Kadar dalam Perairan Laut
(Salinitas 300/00)
|
Kandungan dalam Air Jebakan
|
Mg2+
|
1290 ppm
|
-
|
K+
|
380 ppm
|
+/-
|
Ca+
|
412 ppm
|
+/-
|
Na+
|
10772 ppm
|
-/0
|
SiO2
|
2 ppm
|
+
|
HCO3-
|
280 ppm
|
+
|
SO42-
|
905 ppm
|
-
|
Keterangan :
+ : Penambahan (increase)
- :
Pengurangan (decrease)
0 :
Relatif stabil
Adanya
dinamika presipitasi atau deposisi dan pembentukan mineral liat menyebabkan
terjadinya penambahan atau pengurangan kation dalam sedimen. Beberapa reaksi
diagenetik pembentukan mineral liat dalam sedimen lainnya terkait dengan
silikat adalah
6
SiO2(amorph) + 4 CaCO3 + 4 Mg2+ +
7 H2O → 2 Mg2Si3O6(OH)4(sepiolite)
+ 3H2O + 4CO2 + 4Ca2+
5
Mg2Si3O6(OH)4 + 2 Al2Si2O5(OH)4(kaolinite)
+20H2O →2Mg5Al2Si3O10(OH)8(chlorite)
+ 13H4SiO4
2
NaAlSi3O8(sodium feldspar) + H2O +
2 H+ → 4 SiO2 + Al2Si2O5(OH)4 +
2 Na+
2.4 Metode Penentuan Konsentrasi
Silikat Dalam Air Laut
Silikon
dalam air laut bisa ada dalam bentuk suspensi (melayang-layang di dalam kolom
air), partikel tanah liat atau pasir, sebagai komponen diatom dan lain-lain,
atau dalam bentuk larutan. Sebagian silikon dalam larutan ada dalam bentuk
silikat. Konsentrasi silikat biasanya diduga dengan metode kolorimetrik Diénert
& Wandenbulcke, yang memanfaatkan warna kuning asam silikomolibdik yang
terbentuk ketika amonium molibdat dan asam sulfur ditambahkan ke air. Warna ini
kemudian dibandingkan dengan warna larutan standar asam pikrik atau kalium
kromat. Metode tersebut sederhana tetapi warna dalam air laut sering samar dan
tidak mudah disesuaikan secara penglihatan, juga intensitas warnanya
berkorelasi kurang erat dengan konsentrasi silikat. Warna yang dihasilkan dalam
air laut kurang kuat daripada dalam larutan standar yang dibuat dari air suling
dan “kesalahan garam” ini harus diperhatikan.
Proses Non Biologis Penyingkiran
Silikat Dari Air Laut
Penyingkiran
non biologis terjadi cepat terhadap 10 sampai 20 % silikat reaktif dari
larutan. Penyingkiran ini tergantung pada keberadaan partikel material
anorganik dalam suspensi. Di Estuari, partikel material dalam suspensi
tampaknya dihasilkan akibat pengadukan pasang surut terhadap endapan dasar
estuari. Hal ini membuktikan bahwa baik material tersuspensi maupun
elektrolit air laut harus ada agar reaksi ini bisa terjadi. Sebagian besar silikat
yang melekat tampaknya terikat lebih kuat pada fase padat.
Upwelling Sebagai Pengendali
Aktivitas Biogeokimia Silikat
Masukan
air tawar, upwelling, mineralisasi-kembali dan sedimentasi dipertimbangkan.
Masukan silikat air tawar tidak penting selama musim upwelling. Upwelling
merupakan proses utama pengendali aktivitas biogeokimia silikat di zona
pesisir. Area mineralisasi-kembali silikat dalam kolom air dan area kelimpahan
opal dalam sedimen permukaan adalah sama. Hal ini secara bersama-sama
menentukan batas pengaruh upwelling di pesisir dan berbagai efek
lokalnya.
2.5 Hubungan Konsentrasi Silikat
Dalam Air Laut Dengan Produktivitas Primer
Konsentrasi
klorofil-a menunjukkan hubungan langsung dengan produksi primer. Parameter-parameter
hidrologis yang mencakup zat-zat hara dalam kolom air memperlihatkan fluktuasi
musiman yang jelas. Zat-zat hara terutama fosfat dan silikat menunjukkan
hubungan terbalik dengan produksi primer, sedangkan nitrat berkorelasi positif.
2.6 Dinamika Produktivitas Perairan Yeng Tercermin
Dalam Perubahan Kelimpahan Organisme Bersilikat
Aliran
air pada daerah yang menunjukkan pola bimodal (berpuncak-dua) musiman dengan
puncak-puncak utama pada musim panas, kemudian menurun menjadi sedang sampai
rendah pada musim gugur dan musim semi. Fraksi kalsium karbonat mendominasi
ekspor partikel sepanjang tahun, diikuti oleh fraksi litogenik dan opal
biogenik. Plankton foraminifera dan coccolithophoridae merupakan komponen utama
fraksi karbonat, sedang diatom dengan jelas mendominasi fraksi opal biogenik.
Komposisi isotop d15N dalam partikel berkorelasi positif dengan total massa
aliran selama musim panas dan musim gugur, sedang korelasi negatif terjadi
selama musim dingin dan musim semi. Perubahan musiman dalam hal intensitas
proses-proses oseanografi utama yang mempengaruhi daerah Upwelling bisa diduga
berdasarkan variasi komponen yang terbawa dalam aliran air, dan berdasarkan
pola keragaman spesies individual atau kelompok spesies. Pengaruh upwelling
Namaqua (Hondeklip), berdasarkan migrasi filamen korofil lepas
pantai, adalah lebih kuat pada musim panas, sedang aliran maksimum pada musim
dingin tampaknya mencerminkan produksi di daerah itu, sementara upwelling di
pesisir dan di paparan benua memberikan pengaruh yang lebih kecil. Pada basis
tahunan, jenis mikroorganisme dominan sangat bersesuaian dengan flora dan fauna
perairan tropis/sub tropis, dengan organisme dekat-pantai memberikan sumbangan
sedikit. Keberadaan spesies yang bersamaan dengan berbagai daya tarik ekologi
membuktikan bahwa lokasi penelitian merupakan daerah peralihan dengan keragaman
hidrografi yang besar selama jangka waktu yang singkat.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
·
Silikat (Latin: silicium)
adalah merupakan unsur kimia dalam jadwal berkala yang mempunyai simbol Si dan
nomor atom 14.
·
Silikon adalah sejenis metaloid tetravalen yang kurang
reaktif dibandingkan dengan analog kimianya, karbon. Ia merupakan unsur kedua
paling berlimpah di dalam kerak Bumi, yaitu mencapai hampir 25.7%.
·
Silikon memiliki sifat-sifat aslinya, seperti silikon
berwarna kelabu gelap dengan kilauan logam. Walaupun ia secara bandingannya
agak lemah, silikon masih dapat bertindak balas dengan halogen dan alkali cair,
tetapi kebanyakan asid (kecuali gabungan asid nitrik dan asid hidrofluorik)
tidak mempengaruhinya.
·
Di perairan laut silikon berbentuk partikel. Reaksi
dari kelarutan dari SiO2 adalah
SiO2(s) +
2H2O → Si(OH)4(aq)
Karena
Si(OH)4 adalah asam lemah sehingga dapat terionisasi dalam
pelarut aqueous.
Si(OH)4 →H+ +
Si(OH)3O-
Si(OH)3O- → H+ +
Si(OH)2O22-
Dengan pK1* = 9,47 dan pK2* =12,60 untuk ionisasi
dari Si(OH)4 dalam 0,6 M NaCl pada 250C. Sementara
pH di laut adalah 8,1 ,nilai dari pK ini memberikan hasil
[Si(OH)4]/[Si
]T = {1+ KHA/[H+]}-1 =
95,9%
[Si(OH)3O- ]/[Si
]T = {1+ [H+]/ KHA}-1 =
4,1%
DAFTAR PUSTAKA
www.onesiklopedia.com
Comments
Post a Comment