MEMANUSIAKAN MANUSIA, Dampak Penyalahgunaan Pendidikan
MEMANUSIAKAN
MANUSIA
A. Sistem Pendidikan dalam Memanusiakan Manusia
Sistem pendidikan
yang ada di negeri ini sepertinya sistem yang masih tambal sulam. Padahal di
negeri ini tidak kurang akan orang-orang yang katanya pintar buktinya profesor
banyak, doktor apalagi belum yang bergelar master dan sarjana tak terhitunglah.
Upaya pemerintah untuk perbaikan sistem pendidikan masih berjalan
setengah-setengah belum lagi adanya "orang-orang lama" yang
menghendaki "status quo" tetap berjalan. Dimana sebenarnya ditingkat
pengambil kebijakan sudah ada kesepakatan-kesepakatan yang terlihat sangat
berpihak pada rakyat katakanlah. Namun, ternyata ditingkatan bawah atau
ditingkatan pelaksana yang sudah tersistemkan dengan sistem lama yang sama
sekali berbeda dengan sistem yang baru masih menerapkan cara-cara lama sehingga
banyak sekali kesepakatan dan kebijakan yang begitu merakyat ditingkatan
pengambil kebijakan tidak bisa dilaksanakan ditingkatan bawah.
Memperbaiki
sistem itu memang sama dengan mengurai benang kusut yang membutuhkan kesabaran
dan waktu yang cukup lama. Tapi kita perlu menginggat bahwa sistem pendidikan
adalah sistem yang bekerja pada manusia. Sifat manusia pada dasarnya adalah
dinamis sehingga perlu sistem yang fleksibel untuk mengikuti kedinamisan
manusia. Pendidikan kita saat ini mungkin tidak akan relevan lagi bagi cucu dan
buyut kita dimasa mendatang. Seorang pendidik sejati, Rasulullah Muhammad SAW
pernah mengingatkan bahwa "Didiklah anak-anakmu sesuai dengan
zamannya".
Yang perlu
diingat bahwa siswa atau anak-anak kita bukanlah obyek pendidikan tapi mereka
juga adalah subyek pendidikan dimana dalam konsep pendidikan sejati bahwa semua
orang harus belajar dan terus belajar. Tetaplah merasa hijau (ever green)
karena kalau sudah merasa matang maka ciri-cirinya ia akan segera busuk.
Apalagi dalam salah satu ajaran agama islam bahwa menuntut itu hukumnya wajib
dari sejak dibuaian ibu sampai akan memasuki liang lahat. Sistem pendidikan
yang paling baik tentunya yang dapat mengikuti perkembangan zaman artinya
pendidikan kehidupan life skill education adalah yang paling tepat. Melihat
fenomena yang ada berbagai alternatif pendidikan muncul dari homeschooling
sampai ada sekolah alam.
Yang
terakhir ini idenya sangat brilian dan cukup menjadi alternatif yang banyak
dikejar oleh orang tua. Dengan konseptor Bpk Lendo Novo beliau melihat bahwa
sistem pendidikan yang baik adalah yang kembali kepada alam atau dalam istilah
beliau berguru kepada alam. Dengan konsep teladannya juga mengacu pada orang
yang sukses dunia dan akhirat yaitu Rasulullah SAW. Memang dalam perjalanannya
sekolah alam banyak mendapat sorotan. Bahkan untuk mendapat izin pendirian dari
Dinas Pendidikan saja sangat sulit dan memang dipersulit. Tetapi salutnya
sekolah ini tetap bisa berjalan dan eksis untuk turut serta untuk meningkatkan
dan memajukan pendidikan di Indonesia.
Pendidikan
merupakan aplikasi dari filsafat antropologi atau filsafat yang menelusuri
makna manusia. Aspek kemanusiaan (baca : humanistik) dalam pendidikan perlu
mendapat perhatian intens dalam merumuskan konsepsi pendidikan yang bermoral.
Yakni, konsepsi pendidikan yang menitikberatkan pada pembentukan karakter yang
berkepribadian luhur dan mulia (character Building).
H.A.R
Tilaar dalam bukunya Manifesto Pendidikan Nasional, mengungkapkan hakikat
pendidikan adalah proses memanusiakan manusia yaitu menyadari akan manusia yang
merdeka. Manusia yang merdeka hidup membudaya. Pendidikan harus mendorong
manusia, yang dibesarkan dalam habitusnya, untuk menciptakan dan merekonstruksi
budayanya itu sendiri.
Manusia
membentuk budaya. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia diberikan daya
kreatifitas untuk berproduksi secara bijaksana, bukan secara rakus. Manusia
mengelola alam, bukan merusaknya. Dalam hidup dengan sesamanya, bersikap hormat
dan mengasihi, bukan dengan diskriminasi dan penindasan. Mengusahakan perdamaian,
bukan menyulut peperangan. Sebagai pemegang otoritas, manusia menegakkan
keadilan dan menjalankan hukum.
Pendidikan
yang berhasil adalah pendidikan yang membentuk manusia-manusia seperti ini,
manusia yang hidup sebagai manusia, bukan sekedar “mur-baut” bagi mesin
ekonomi. Suatu tugas yang berat memang, tetapi agung.
Pendidikan
bukan sekedar proses transmisi pengetahuan dari seseorang kepada yang lainnya
(transmiting the message from one people to another), -dimana pendidikan
semacam itu tidak lebih dari upaya doktrinisasi dogma-dogma yang mengarah pada
keterpaksaan kesadaraan- lebih jauh pendidikan merupakan ikhtiar transformasi
tindakan yang teraktualisasikan dalam perbuatan yang disadari dan berorientasi
nilai. Sebuah proses penyadaran humanistis yang tidak sekedar intelektual
contagion (pewarisan intelektual), melainkan pula memberikan ketenangan batini
sehingga berimplikasi dalam kehidupan sosial-nyata.
pendidikan
yang dimaksud yakni sebuah upaya perwujudan system pendidikan berkarakter yang
didasarkan pada kepekaan social, integrasi intelektual dan pemeliharaan
spiritual. Ketiga elemen penting tersebut merupakan bagian dari
nilai-nilai yang harus senantiasa ada dalam proses transfer ilmu, proses
pendidikan. Kalau memang ketiga elemen itu dapat di bangun, niscaya pendidikan
moral di lingkungan kita adalah sebuah harapan besar yang akan terwujud dengan
adanya kesadaran dari berbagai pihak.
B. Membentuk Manusia yang Terdidik
MANUSIA
merupakan makhluk Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna, jika
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Karena manusia diciptakan Allah SWT
memiliki kelebihan yakni akal. Dengan akal Manusia mampu merubah alam semesta
ini untuk membawa kemaslahatan manusia lainnya, dengan akal manusia menjadi
terdidik, mulia, berkarya dan sebagainya. Manusia terdidik tentunya akan mampu
membawa perubahan mendasar terhadap hidup dan kehidupan dirinya ataupun untuk
kehidupan manusia lainnya.
Oleh sebab
itulah, disebutkan bahwa pendidikan merupakan sebuah hakiki dan hak azazi bagi
setiap manusia. Bahwa pendidikan adalah persoalan khas manusia. Artinya, dengan
pendidikan manusia bisa melangsungkan kehidupannya dalam mencapai tujuan. Untuk
itu, mutlak diperlukan suatu perkembangan.
Dalam
rangka menciptakan perkembangan, mutlak harus dilakukan perubahan-perubahan.
Untuk membuat perubahan, manusia harus me-miliki daya kompetensi (keahlian),
kecakapan (capability), dan keterampilan (skill) hidup. Ketiganya berakar dari
potensi kodrat yang ada di dalam diri manusia, berupa rasa, karsa, dan cipta.
‘Rasa’ berhubungan dengan wawasan hidup, ‘karsa’ berhubungan dengan dorongan
hidup, dan ‘cipta’ berhubungan dengan kreativitas hidup.
C. Dampak Penyalahgunaan Pendidikan
Banyak
posisi atau tempat yang ada dalam masyarakat kita sekarang diurus oleh
orang yang bukan ahlinya sehingga jelas mereka tidak dapat
melaksanakannya,karena latar belakang keilmuannya tidak sesuai dengan
bidangnya. Lihat saja berita surat kabar setiap hari membeberkan bacaan
yang menarik tenteng korupsi,penyalahgunaan hak dan wewenang,gila kuasa,ingin
kaya mendadak intimidasi dan sejenisnya.ketidakadilan sudah membumi,korupsi dan
penjenayah terjadi dimana-mana dan uang rakyat dan uang negara dicuri baik di
setiap lembaga negara maupun masyarakat.
Ini
terjadi dimana-mana dan yang paling banyak dilakukan oleh pejabat negara atau
orang yang terdidik yang mempunyai kapasitas pendidikan yang lumayan. Hampir
setiap hari surat kabar melansir berita-berita miring terhadap pelaku korupsi dan
penyalahgunaan
Hak dan wewenang yang
semua itu dimonopoli oleh pejabat negara. Misalnya,mulai dari
hakim,jaksa,KPK,Gubernur,Bupati,Walikota,Kepala Dinas hingga Kepala Desa
sekalipun.
Apabila
manusia memilih pemimpin yang tidak sesuai profesionalitasnya maka
kecenderungan untuk berbuat salah dan sewenang-wenang pasti akan terjadi karena
orang-orang yang diberikan amanah itu bukan melakukan sesuatu sesuai dengan
kemampuannya. Akan tetapi kebanyakan mereka telah jauh memasuki wilayah-wilayah
yang bukan haknya. Inilah masa kehancuran yang sedang kita hadapi di negara
tercinta ini.orang-orang yang level kepemimpinannya atau keilmuannya untuk
mengurus satu keluarga dipercayakan untuk mengurus negara dan bangsa sehingga
mereka menjadi korban anak buah yang lebih berpengalaman dan cerdik untuk
memperpendek masa kepemimpinannya.
Inilah
yang terjadi di negeri ini. Semua kehancuran akhlak dan kedhaifan iman yang
mereka miliki. Kebanyakan manusia sudah menuhankan nafsu sebagai pengendali
diri mereka. Akhlak Nabi SAW ditukar kepada akhlak Yahudi,sehingga semua
perbuatan dianggap halal menurut versi mereka.ini penyakit kronis yang layaknya
harus diamputasi secepat mungkin agar tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Sayangnya para koruptor besar selalu bebas murni dan terus menghirup
udara segar diluar terali besi karena di back-up dengan uang dan bagi hasil
uang haram itu dengan pihak-pihak yang berwenang. Namun ketika yang melakukan
kesalahan itu rakyat kecil mereka wajib mendekam dalam hotel berali besi karena
tidak sanggup membagi kue haram yang tersisa.
Inilah
manusia yang menantikan kiamat kubra. Demikian rapuhnya iman jika berhadapan
dengan uang atau materi. Demikian lemahnya iman apabila berhadapan dengan
wanita cantik dan jabatan basah. Iman diperjual belikan dengan sejumlah rupiah
dan dolar,agama digadaikan demi jabatan dan kemewahan dunia,marwah
dipermainkan,harga diri luluh lantak dan berantakan sesuai dengan keharaman
yang tidak jelas ujung pangkalnya. Inilah nuansa kehidupan manusia yang beradab
di tengah-tengah umat yang sedang hancur peradabannya.
Tetapi
ingatlah tidak banyak orang atau sahabat yang akan mampu membesuk kita ketika
berada dalam sel atau penjara. Banyak kawan ketika kita sedang berkuasa dan
memiliki uang dan harta tetapi sedikit sekali kawan yang hadir ketika
kita kita susah dan merana.
D. Peran Pendidikan dalam Mewujudkan Manusia yang Beradab
Mewujudkan
bangsa yang beradab itu dimulai dari sesuatu yang sederhana yaitu membangun
lingkungan yang bersih dan membentuk masyarakat yang disiplin. Lingkungan dan
kedisiplinan merupakan dasar bagi pembentukan masyarakat yang beradab. Sekarang
ini kita merasakan jauhnya peradaban dari bangsa ini. Etika dan moral sudah
tidak lagi menjadi pegangan. Aturan-aturan yang ada pun tidak lagi
diindahkan,karena yang lebih sering dipertontonkan adalah kekuatan.
Lihatlah
tindakan dari kelompok-kelompok masyarakat dalam mengumbar kekerasan.
Sepertinya tidak dikenal cara yang lebih santun untuk mengekspresikan sikap
mereka. Mereka datang secara bergerombol dan merusak apa yang dianggap tidak
sejalan dengan pandangan yang mereka yakini. Ketika cara-cara seperti itu terus
dibiarkan,tanpa ada penindakan,maka tidak usah heran apabila anarkisme lalu
semakin menjadi-jadi. Anarkisme yang dipertontonkan secara telanjang menjadikan
kita seperti bangsa yang tidak beradab.
Apabila
kita ingin membenahi ketidakberesan yang terjadi,maka harus membangun kultur
yang lebih baik. Kita harus mendidik masyarakat kepada yang namanya
disiplin,sopan-santun,sikap menghargai waktu,dan penghormatan terhadap aturan.
Apabila ingin dibangun kultur yang tidak mau kalah,itu harus kita arahkan
kepada hal-hal yang positif seperti tidak mau kalah maju daripada bangsa
lain,tidak mau kalah kreatif,tidak mau kalah inovatif dari bangsa lain.
Dalam
bukunya “Culture Matters”ahli sosiologi Samuel L.Hungtington mengatakan bahwa
kultur itu harus diajarkan dan dibentuk kepada warganya. Peran pemimpin menjadi
sangat penting untuk melahirkan kultur yang baik dari sebuah bangsa. Ada
pengalaman baik yang berhasil dilakukan bangsa lain dalam mengajarkan
kebersihan. Bangsa Tiongkok dulu dikenal sebagai bangsa yang jorok,bahkan
seenaknya meludah dimana-mana. Tetapi mengapa sekarang mereka bisa merubah dan
bisa mengerti akan arti kebersihan?
Pemerintah
kota shanghai memulai langkah dengan membentuk”pasukan penjaga kebersihan”. Mereka
adalah anak-anak sekolah dasar yang bertugas mengedukasi orang-orang tua yang
mempunyai kebiasaan meludah di tengah jalan. Setiap kali ada yang melakukan
itu,anak-anak tadi akan mendatangi dan memberitahukan bahwa meludah sembarangan
itu tidak baik dan juga buruk untuk kesehatan. Pendidikan langsung yang
dilakukan secara konsisten dan terus-menerus,membuat masyarakat shanghai
bisa berubah. Sekarang boleh dikatakan tidak ada lagi orang yang meludah
sembarangan. Bahkan shanghai kini berubah menjadi salah satu kota yang bersih.
Sebenarnya
kita bisa melihat perubahan juga luar biasa di Indonesia ini. Kalau kita lihat
Surabaya misalnya,itu merupakan salah satu kota yang terbersih di
Indonesia saat ini. Hanya karena pemerintah kotanya peduli,maka kota akan
menjadi terlihat bersih,masyarakat pun berusaha untuk menjaganya dan ikut
berubah sikapnya untuk juga menjaga kebarsiha. Jadi kalau kita ingin membangun
bangsa yang beradab,sebenarya bukan lah perkara yang terlalu sulit. Yang
dibutuhkan adalah kemauan dan terutama bimbingan yang terus-menerus dari
pemimpin untuk mewujudkan bangsa ini menjadi bangsa yang beradab.
Mewujudkan
bangsa yang beradab harus melalui tindakan yang nyata untuk munuju kearah itu
dan pasti seluruh rakyat akan mendukung,karena kita pun memimpikan hadirnya
masyarakat yang lebih beradab.
Comments
Post a Comment